Jumat, 07 Desember 2018

Membaca Tortilla Flat, Membaca John Steinbeck, Membaca Manusia


Hal pertama yang menarik perhatian saya ketika membaca novel John Steinbeck yang satu ini adalah, bagaimana cara yang ditampilkannya dalam memainkan alur dalam ceritanya, menurut saya, begitu khas dan sederhana, namun langsung mengena pada pokok persoalan yang ingin diraihnya.

            Selain ditopang dengan kekhasan dan kesederhanaan bahasanya tersebut. Pokok bahasan yang ditampilkan oleh Steinbeck pun biasanya tak muluk-muluk amat. Secara umum dapat dibelah menjadi tiga pokok bahasan, utamanya dalam novelnya yang berjudul Tortila Flat ini, yakni mengenai kehidupan Danny, kehidupan teman-teman di sekeliling Danny, dan kehidupan di rumah Danny.
Sumber gambar: www.Bing.com


            Dalam menceritakan ketiga pokok pembahasannya tersebut, Steinbeck, sebagai penulis menggunakan, sudut pandang orang ketiga. Danny sebagai si Tokoh utama ditempatnya sebagai tokoh sentral tetapi tidak membatasi keluarnya sosok kuat baru yang keluar dari penceritaan tokoh lain. Ia seakan-akan seperti membebaskan para pembacanya untuk memilih tokoh idolanya sendiri, memnurut sudut pandang dan pembacaannya masing-masing.

            Dalam hal ini saya pribadi begitu tertarik, dan jatuh cinta dengan tokoh yang bernama Pilon, sahabat dekat Danny. Jika Danny digambarkan oleh Steinbeck sebagai seorang non-komformis yang suka hidup bersenang-senang tanpa pertimbangan baik dan buruk. Bergitu juga halnya dengan Pilon, bedanya adalah, Pilon ini sosok unik sekaligus licik dengan 1001 tipu muslihat cara mengelabui orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

            Pemgambaran ini dapat dilihat secara gamblang ketika ia berkali-kali mengakali Danny dan teman-temannya yang lain, sebut saja Pablo, Jesus Maria dan si Bajak laut. Untuk mendapatkan setenggak anggur masuk-meluncur melalui kerongkongannya.

            Uniknya lagu, biasanya dalam pelaksanaan rencana jenius -jahatnya ini. Si Pilon ini biasanya akan membumbui dengan “kata-kata bijak-baik” di kanan dan kiri sela-selanya untuk menutupi niat busuknya tersebut. 
Sumber gambar: Demabuku.com


            Hal lain yang menarik dari tokoh bernama Pilon ini adalah, bagaimana selain digambarkan sebagai sosok yang sejuta akal. Di sisi yang lain ia juga digambarkan sebagai sosok lugu dan polosdalam melihat berbagai persoalan. Seperti seolah-olah tanpa mengenal dosa lah sederhananya dalam upayanya menjalankan setiap tindak kejahatannya tersebut.

            Sekali lagi, dengan gayan penggambarannya yang khas itu. Steinbeck berhasil membangun iklim suasana yang begitu nggeh bagi setiap pembacanya. Ia, sekali lagi, berhasil memadukan ketiga unsur yang telah saya sebutkan di atas dalam fragmen-fragmen yang sederhana tapi berututan, berkesinambangun tapi mengena dan terpatri dalam hati, dari loncatan satu bab ke bab lainnya.

            Hingga pada akhirnya. Seperti membius para pembacanya. Tiba-tiba saja sudah pada ujung pembacaannya. Terima kasih Steinbeck atas cerita yang luar biasa. Terima kasih Pak Djokolelono atas terjemahanmu yang juga tak kalah luar biasanya.

             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar