Dia
yang datang memelukku waktu itu
Melihat video pembullyan anak SMP yang lagi viral
hari ini. Membawa ingatan saya balik ke masa 14 tahun silam. Saat di mana, “mimpi
buruk” itu datang menimpa saya. Waktu itu, hari-hari awal saya masuk
sekolah, yakni kelas satu SD. Letak SD itu pun tak jauh, persis di
depan rumah saya.
Kejadiannya begini, waktu itu ada seorang teman
melempar mainan dari plastik yang di dalamnya ada batu ke dalam kelas. Nah,
disitu saya berusaha membuangnya kembali ke luar kelas melalui pintu. Namun naas,
lemparan yang saya lakukan terlalu tinggi sehingga menyambar kaca yang ada persis di atas kusen
daun pintu itu. “Pyarrrrr....” bunyi kaca berdentang dan jatuh berserakan. Setelah
melihat serakan kaca itu, hati saya kosong, melompong. Seperti ada kabut asing dari dunia luar sedang menyelimuti hatinya. Timbulah persaan bersalah, takut, bingung,
dan gelap berkecamuk menjadi satu. Segalanya campur aduk jadi satu.
Setelah itu, selang beberapa menit berita tentang
adanya kaca pecah segera menyebar ke seluruh antero sekolah. Teman-teman serta
kakak-kakak kelas dalam sekejap segera mengerumuni saya.
Saya yang setelah kejadian itu hanya bisa mematung
di sudut ruang kelas hanya bisa diam, sambil menatap satu persatu muka dan mata sinis
menyalahkan mereka. “Hayo tak laporkan pak guru lho! Biar digantung kamu!”
seletuk salah satu kakak kelas saya. Suara semakin riuh menggema dalam telinga
saya, “Hayo tak laporrin Pak Kepsek lho!” “Hayo lho, Ajik Lho, Hayo Lho.” Suara
itu menggema, tak hanya dalam telinga saya, tapi masuk menusuk dalam jantung
saya.
Saya yang waktu meringkuk di pojokan kelas hanya
bisa diam, diam, dan diam sambil dalam hati mengutuki diri sendiri. Mulai
berkelebatan dalam khayal kanak saya, “Bagaimana kalo pak guru yang galak itu
sampai tahu?” “Bagaimana kalo pak kepala sekolah sampai tahu?” bagaimana,
bagaimana dan bagaidama terus menggema dalam khayalan saya.
Hingga datanglah seorang yang tak pernah saya sangka
akan datang, ternyata datang. Dia, sambil menyeka kerumunan yang ada datang,
lalu memeluk saya membari berbisik, “Gapapa lee, nanti kacanya bapak ganti,”
seperti bunyi malaikat, aku bangkit sambil balik memeluknya, lalu bersembunyi
di belang tubuh kurusnya. “Ayo balik.” Katanya lagi sambil tersenyum dengan
mata yang begitu teduh. Setelah itu ia menggendong saya dibawa balik ke rumah. Dan
sore harinya ia pergi ke Mantingan, ibu kota kecamatan kami, pergi membeli kaca
untuk menggantikan kaca yang saya pecahkan tadi.
Itu lah secuplik kisah saya kawan. Sebagai orang
yang pernah juga merasakan bagaimana sakitnya bullyan itu. saya tak tahu jika
waktu itu bapak saya yang kurus itu tak datang menolong. Akan jadi pribadi
seperti apa saya sekarang. Mungkin saja, saya akan jadi seorang yang pemurung,
seorang pendendam, yang selalu menyalahkan dirinya sendiri setiap waktu. Itulah
kawan, dashyatnya kekuatan bully itu, maka dari itu berhati-hatilah.
Dan semenjak kejadian itu, aku berjanji pada diri
saya sendiri, tentunya juga pada bapak saya. Saya tak akan menangis lagi jika
dibully. Saya akan melawannya. Apapun taruhannya.
Selanjutnya, balik lagi pada video pembullyan yang
menimpa adek kita smp tadi. Ada satu adegan yang membuat jantung saya kembali
sangat sedih dan terpukul. Adegan dimana dia (Adek yang menjadi korban
pembullyan menangis dan memohon amoun sambil menyembah-nyembah). “Kau tak
pantas memohon ampun!” kataku. “Kau tak boleh tunduk, tak boleh takluk oleh
orang-orang seperti mereka,” Bangkit, dan lawan mereka. Berapa pun banyak
jumlahnya. Tak apa jika nanti tubuhmu hancur berlumur darah. Paling tidak kau
pernah melawan. Itu yang kulakukan dulu kawan, lawan! Jangan mau ditindas dan
diperbudak, tapi jangan juga mau menindas dan memperbudak. Jangan takut, itulah
yang kulakukan dulu. Semenjak SD sampai sekolah menengah. Dek, kuberi kau
semangat dengan petikan puisi yang ditulis oleh William Ernest Henley, “My Head
is Bloody, but Unbowed!”.
jadi, jangan takut lagi ya. Karena sebenarnya mereka
itu hanyalah gerombolan pengecut yang menetek perlindungan pada gerombolannya. Tak
akan berani mereka diajak duel 1 vs 1 secara laki-laki. Mulut-mulut mereka akan
jadi buas seperti orang tak bisa mati saat sedang bersama. Tapi akan bungkam
seperti keong saat sedang sendirian. Itulah yang kusebut pengecut de! Itulah tabiat
mereka. Bangun, jangan mau cuma duduk dan ditendangi sesuka hati semacam itu.
lawan mereka. Dan menangis tentu adalah hal yang lumrah dilakukan semua orang,
bahkan oleh seorang lelaki sekali pun. Tapi pesanku, jangan pernah memohon
ampun lagi ya! Kau berada di pihak kebenaran, oleh karena itu kau tak boleh
tunduk dan takluk. Tubuhmu boleh, tapi tidak dengan jiwa dan mentalmu! Akhirnya,
sekalalah air matamu, bangkit dan lawan mereka. Adekku!
FIB UGM, Yogyakarta, 10 Februari 2018