Jumat, 07 Desember 2018

Cara Hidup Senang Bermedsos di Tengah Panasnya Tahun Politik 2019


Beberapa bulan lagi akan segera bergulir kontestasi politik pemilihan presiden di tahun 2019. Sudah barang tentu akan berdampak pada jagad permedsosan tanah air menjadi kian riuh redam. Psywar demi psymar perang sudah mulai ditabuh, celetukan argumen dan isu-isu pun mulai ”digoreng”, partai-partai mulai membangun basis-basis koalisinya, dan tak lupa, pembuatan dan penyebaran berita hoax pun semakin digenjot sedemikian rupa, hingga akhirnya bisa tersebar luas ke mana-mana.

           Secara umum, menurut pengamatan saya, netijen tanah air terbagi menjadi dua haluan besar, pertama, sang pemilik tagar #2019gantipresiden atau yang kita kenal sebagai Bani Onta yang memegang prinsip “pokoknya semua presiden ok, asalkan bukan Jokowi!”, sedang yang kedua adalah pemilik tagar #Jokowi2periode atau yang akrab kita sapa dengan nama Bani Cebong, prinsip mereka jelas, yakni “Jokowi harga mati!”.

             Implikasi dari adanya dualisme pilihan politik ini jelas, yakni berdampak pada terbelahnya suara politik masyarakat Indonesia menjadi dua, yakni yang probuta-Jokowi, pokoknya Jokowi adalah malaikat pembawa kebenaran: semua kebijakan yang keluar dan diambil olehnya tak pernah salah, tak pernah cacat, dan tak pernah salah saranan. Jadi simplenya gini, Jokowi tak perlu dikritik, dan memang tak boleh.

            Sedangkan yang satunya adalah, yang kontrabuta-Jokowi. Manusia-manusia seperti ini adalah yang menghabiskan seluruh waktu di kehidupannya untuk  membenci dan mencaci maki Jokowi. Bagi mereka, Jokowi itu tak lebih dari pemimpin boneka yang pro-asing, aseng, dan pemimpin kafir anti-Islam. Seluruh kebijakan yang dikeluarnya adalah kemudharatan belaka, yang tak perlu dilihat dan ditimbang dulu seperti apa manfaatnya. Miris bukan, menjadi dua jenis manusia seperti yang saya haturkan di atas?

****
Sumber: Koran-Jakarta.com


            Dalam dunia politik, permasalahan mengenai perbedaan pendapat, sudut pandang, serta pilihan politik seperti ini sebenarnya adalah hal yang biasa terjadi dan sah-sah saja dilakukan. Asalkan, masih dalam koridor hukum, dan sesuai dengan pakem-pakem demokrasi yang telah termaktub dalam kitab perundang-undangan yang ada. Namun sayang (dapat kita lihat sendiri gejalanya di masyarakat), apa yang kita harapkan dari adanya dualisme haluan politik yang nantinya akan menuju pada “pendewasaan” kehidupan berpolitik masyarakat kita, justru malah jauh panggang daripada api.

             Perjalanan kontestasi politik kita ini justru  menuju ke arah yang semakin kabur dan tak jelas, segala hal dilakukan untuk memenangkan junjungan yang didukungnya; dengan cara mengkorek-korek kebusukan lawan sejadi-jadinya, dan memuji-memuji junjungannya sendiri setinggi langit bak malaikat yang tak memiliki salah ataupun dosa barang secuil pun. Bahkan,  cara-cara kotor, seperti mengangkat isu-isu sara yang menyoal pada persoalan identitas yang paling pribadi pun tak segan-segan ditempuh dan dilakukan.

            Dan biasanya, cara-cara tak beradab semacam inilah yang justru malah akan disebarluaskan melalui medsos. Mengapa melalui medsos? Karena dianggap mudah dilakukannya, dan pangsi pasarnya jelas. Ditambah lagi, hampir seluruh masyarakat Indonesia sekarang ini memiliki akun dan pengguna medsos. Ditambah lagi, dikenal lebih percaya pada status twiter, facebook, ataupun instagram, dibandingkan dengan informasi yang terdapat di koran-koran ataupun buku-buku.

            Oleh karena melihat suatu fenomena yang memprihatinkan itu, saya, sebagai seorang netijen teladan, baik dan budiman. Pengguna medsos yang terjebak di antara dua suara sumbang yang saling serang dari kedua kubu ini berjanji. Akan menawarkan saran dan cara-cara agar para netijen yang bernasib kurang lebih sama dengan saya, dapat hidup dengan tenang dan senang menikmati biduk dunia permedsosannya.

Berikut saran-saran yang dapat saya haturkan:

1)      Jangan follow, like dan subscribe akun-akun fake dan postingan para penyebar Hoax dari kedua belah pihak, baik oleh Bani Onta ataupun Bani Cebong yang telah disebutkan di atas, karena akan dapat menyebabkan sering munculnya postingan-postingan tersebut dalam akun medsos Anda. Kayak larangan dilarang merokok aja, ya? Dapat menyebabkan, dapat menyebabkan. Hahaha.



2)       Kita harus sering-sering mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha kuasa. Lho, opo hubungane dul! Sembahyang ambi tentram dalam bermedsos? Eitss. Jangan salah, dengan kita mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, pikiran kita jadi tenang, dan hati jadi riang. Hingga hasil akhirnya berdampak pada, jika muncul postingan sampah hoax di medsos kita, kita akan tetap tenang, tidak mudah terhasut, tidak mudah marah dan mengumpat-umpat, lalu akhirnya akan lebih mementingkan kroscek data dan  tabbayun terlebih dahulu, tidak asal semprot saja. Heheehe nyambung nggak sih?





3)      Nomor tiga ini penting, awas nomor enam bisa bikin tercengang. Eh koyok line tudey wae goblok! Jika menemui akun penyebar Hoax, segera report, laporkan dan kalau bisa,  blokir. Mengapa cara ini penting dilakukan? Paling tidak postingan sampah seperti itu tidak akan muncul-muncul lagi di beranda kita, sehingga akhirnya dapat menjaga ketentraman biduk rumah tangga dalam bermedsos ria kita. Hehehe



4)      Baca buku! Lho kok tiba-tiba malah suruh baca buku? Ya iyalah cyinnn baca buku penting, dengan membaca buku waktu kita yang sebelumnya asik dihabiskan untuk bermoedsos-medsos ria-an akan jadi berkurang, sehingga kesempatan kita untuk membaca berita-berita sampah hoax juga akan berkurang hingga sedemikian rupa. Piye, konkrit nga? Hehehe.





5)      Hapus atau jangan gunakan medsos lagi, hal ini penting dan ampuh dilakukan oleh mereka yang sudah tak kuat lagi menangkal kuatnya genderang perang berita hoax antar kedua kubu di atas. Dengan cara ini kemungkinan anda untuk bertemu berita hoax yang ada di medsos adalah 0%. Dijamin!



            Itulah, beberapa cara yang dapat saya persembahkan untuk kalian semua wahai netijen yang baik dan budiman, kurang lebihnya saya sebagai pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya sebagai manusia biasa, yang tak banyak punya dosa. Mengucapkan banyak terimakasih dan turut berbela sungkawa, eh selamat tinggal dan sampai jumpa deng. Bey!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar